Sunday, May 6, 2012

Belajar Hidup Berdamai

Sunday, 06 May 2012
Dalam teori konflik, suatu konflik dapat melahirkan integritas. Bahkan tanpa konflik sebuah integritas tidak akan pernah tercapai. Akan tetapi justru konflik akan berujung dengan kekerasan ketika konflik tidak dapat diselaraskan.


Ketika kesepahaman sulit ditemukan, konflik akan selalu melahirkan kekerasan-kekerasan yang tidak terselesaikan.Perdamaian pun sulit dicapai. Dalam hal ini, perdamaian hanyalah menjadi impian setiap orang untuk hidup damai dalam keluarga, masyarakat, dan negara, perdamaian yang dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.Akibat dari konflik yang selalu berujung pada kekerasan, perdamaian pun sulit ditemukan dan seolah tidak menemukan solusi untuk mengubah kekerasan pada perdamaian.

Sesuai dengan maknanya, filsafat sebagai ilmu yang cinta akan kebijaksanaan akan mengajarkan pada seseorang untuk berprilaku bijaksana. Tidak sekadar itu,filsafat akan menuntun seseorang lebih memaknai kehidupan. Buku Filsafat Perdamaian karya CB Mulyatno ini merupakan cabang dari ilmu filsafat yang memasukkan fenomena konkret yang terdapat dan dialami oleh seseorang dalam kehidupannya, yaitu perdamaian. Betapa pentingnya hidup yang damai.

Filsafat perdamaian mencoba mengelaborasi problem-problem yang timbul dengan teoriteori filsafat untuk menemukan relevansinya dengan fenomena yang terjadi.Juga filosof dengan pemikirannya yang dapat diambil dan diteladani bagaimana perjuangannya atas sebuah kehidupan yang damai tanpa kekerasan meskipun konflik sering kali terjadi sehingga kehidupannya dijalani dengan kedamaian.

Eric Weil misalnya adalah salah seorang filosof yang berjuang agar filsafat memberi pencerahan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan hidup sehari-hari. Ia menjelaskan tautan antara filsafat dan perjuangan untuk mewujudkan perdamaian. Konflik, pertikaian, dan perang yang melanda dunia telah memorak-porandakan pilarpilar hidup damai. Merupakan tugas setiap orang dan khususnya filosof untuk membangun kembali kehidupan yang damai.

Kerinduan untuk hidup damai dan keprihatinan terhadap berbagai peristiwa kekerasan, konflik,dan perang akibat dari keragaman yang mengancam perdamaian bisa menjadi tali pengikat persaudaraan yang mendorong berkembangnya gerakan hidup damai. Di Indonesia sebagai negara yang majemuk, mengandung keragaman, perdamaian tidak semudah seperti apa yang dialami para tokoh filosof serta gerakan-gerakan yang memperjuangkan hidup damai.

Keragaman justru menjadi pemicu lahirnya konflik yang berujung pada kekerasan. Salah satu yang menarik dari buku ini ternyata Weil menolak metafisika. Metafisika dianggap telah mewariskan sikap dogmatis yang melanggengkan kekerasan. Metafisika berbicara soal kebenaran tertinggi. Sementara kehidupan seorang filosof bukanlah kebenaran, melainkan absennya kebenaran atau penolakan terhadap kebenaran.

Absennya kebenaran dan penolakan terhadap kebenaran adalah kekerasan. Kekerasan yang menyebabkan hidup tak pernah damai. Setidaknya buku CB Mulyatno setebal 114 halaman ini sangat menginspirasi untuk mewujudkan perdamaian. Hidup sejahtera, damai tanpa perselisihan dan kekerasan dapat dicapai dengan cara membaca dan belajar kepada filosof Eric Weil yang dijelaskan dalam buku filsafat perdamaian ini.Penjelasannya padat, ringkas, dan mudah dipahami.

Setelah beberapa lamanya terjebak pada perbedaanperbedaan yang bermotif ras, etnis, bahasa, budaya, bahkan agama yang telah menjauhkan hidup dengan perdamaian, seharusnya ditinggalkan dan segera merangkai hidup damai dengan tali persaudaraan tanpa konflik antarsesama. Temukan dalam buku filsafat perdamaian ini. Rafi’uddin Derektur Center Philosophy andReligion (CPR) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


No comments: