SAJAK NEGRI PARA MAFIA
Dunia orang adalah dunia mengerang
Dari segenap penjuru, banyak yang berang
Sajak ini tak lebih daripada amarah dan pemberontakan
Orang bijak sudah lama jadi bromocorah
Istana Penguasa penuh kecoak dan intrik
Rumah menteri penuh tikus busuk dan nafsu
Rumah hakim,jaksa,polisi penuh aroma kolusi
Semua telah sepakat merampok dan memperkosa Ibu Pertiwi
Jaring laba-laba loba telah menjerat
Aneka konferensi dan pernyataan hanya retorika basi
Mereka bertopeng suci dengan hati keji
Dan aroma busuk kian tidak bisa ditutupi
Jangan percaya politisi berdasi
Karena di dalam jasnya tersimpan pistol dan duri
Dan dalam hati, ada nafsu memperkaya diri
Persetan jerit petani, buruh dan TKI
Jangan lagi pergi ke Tanah Suci
Kalau Tanah Sucipun kau kotori dan kau kencingi
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/06/21/sajak-negri-para-mafia/
Wednesday, July 27, 2011
SAJAK RINDU BERITA GEMBIRA
Membaca koran atau menonton tv hari-hari ini
seperti ada debu yang tiba-tiba terbang
lalu menusuk mata memedihkan hati
Berita kelabu selalu saja itu
Korupsi, kekerasan, kebencian, lalu di mana ceria?
Media kenapa memuja kehitaman?
Ganti saja pena hitam itu dengan yang lain
Buang saja tas penuh jelaga duka
Kamera jangan terus memotret ke bukit keresahan
Derita serasa sudah memuakkan
Sekali-kali tertawa,boleh kan?
Segerombolan wartawan berkerumun di sebuah gedung parpol
Seorang petinggi partai meminta kasus bagi-bagi uang jangan diberitakan lagi
Tak lupa amlop-amplop juga dibagi
Ada kegembiraan, tapi semu dan manipulatif
Televisi masihkah perlu ditonton?
Koran masihkan enak dibaca?
Lebih baik pergi ke gunung
Mencari kegembiraan purba nan sejuk
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/07/05/sajak-rindu-berita-gembira/
seperti ada debu yang tiba-tiba terbang
lalu menusuk mata memedihkan hati
Berita kelabu selalu saja itu
Korupsi, kekerasan, kebencian, lalu di mana ceria?
Media kenapa memuja kehitaman?
Ganti saja pena hitam itu dengan yang lain
Buang saja tas penuh jelaga duka
Kamera jangan terus memotret ke bukit keresahan
Derita serasa sudah memuakkan
Sekali-kali tertawa,boleh kan?
Segerombolan wartawan berkerumun di sebuah gedung parpol
Seorang petinggi partai meminta kasus bagi-bagi uang jangan diberitakan lagi
Tak lupa amlop-amplop juga dibagi
Ada kegembiraan, tapi semu dan manipulatif
Televisi masihkah perlu ditonton?
Koran masihkan enak dibaca?
Lebih baik pergi ke gunung
Mencari kegembiraan purba nan sejuk
http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/07/05/sajak-rindu-berita-gembira/
Subscribe to:
Posts (Atom)