indonesia.ucanews.com, 20/04/2012
Oleh Choe Jae-chun, dosen Eco-Science di Ewha Womans
University, Seoul .
Perkembangan ilmu
pengetahuan memaksa kita untuk berpikir
tentang kehidupan berbeda dari sebelumnya, dari perspektif baru.
Dewasa ini
kloning manusia sudah sangat mungkin, meskipun debat soal implikasi etiknya
terus bergulir. Hingar bingar seputar
klaim oleh dua kelompok lembaga penelitian independen sudah berputar,
masing-masing mengatakan sudah memproduksi atau akan memproduksi kloning bayi
manusia.
Kita tidak punya
pilihan selain menghadapi kenyataan ini.
Kehidupan dari
tiap-tiap organisme sudah berakhir. Sebagian besar agama menerima bahwa hidup
itu fana, tapi mengajarkan kita bagaimana memperoleh kehidupan kekal.
Akan tetapi
kodrat fana dari kehidupan di dunia hanyalah suatu sudut pandang organisme. Hidup
pada tingkat genetik sifatnya abadi karena organism dirancang oleh gen untuk
diperbanyak sebanyak mungkin.
Hidup di planet
bumi dimulai dengan kelahiran DNA miliaran tahun lalu. Sejak itu DNA terus
membentuk berbagai macam tubuh. DNA hidup di dalam tubuh apa saja, mulai dari
semut, kadal, hingga anda dan saya, dan akan terus memperbanyak diri seperti
yang sudah-sudah.
Gen tidak
mendikte setiap gerakan dan napas kita, tapi segala sesuatu yang tidak tertulis
dalam DNA kita tidak serta merta bertumbuh dalam diri kita.
Orang Kristen
memberi arti atas roh (jiwa) melalui hubungan dengan Tuhan, namun saya
berpendapat bahwa jiwa manusia juga memiliki fenomena biologis. Saya tidak
mengatakan bahwa jiwa merupakan ekspresi langsung dari DNA, karena bahkan
kembar yang mirip sekalipun dengan gen yang serupa tidak memiliki jiwa yang
sama. Manusia kembar boleh saja secara genetic sama tapi secara biologis
berbeda. Demikian juga dengan cloning. Jiwa manusia tidak bisa dikloning.
Secara pribadi, saya lebih khawatir soal manipulasi gen
daripada kloning itu sendiri. Manipulasi
gen memberikan bahaya yang nyata dan tanpa tunda-tunda terhadap stabilitas
masyarakat kita. Godaan untuk menukar gen buruk dengan gen baik akan menjadi
sesuatu yang tidak terhindarkan.
Akan tetapi tidak
ada masalah dengan orang yang mencoba mempersenjatai diri dengan gen yang lebih
baik. Masalahnya, pengganti gen akan bekerja pada arah berlawanan dengan apa
yang dicapai melalui reproduksi seksual. Reproduksi seksual (sexual
reproduction) meningkatkan perbedaan genetik (genetic diversity), sedangkan gen
pengganti (gene substitution) akan menurunkan perbedaan gen dari populasi
secara keseluruhan.
Karena itu, etika
baru diperlukan di ‘dunia yang berani’ yang kita tinggali saat ini. Moralitas merupakan
bagian dari manusia karena kita hidup dalam masyarakat. Salah satu teori
revolusi sosial yang sangat kuat adalah teori altruisme timbal balik, di mana
moralitas menjadi inti dari hubungan timbal balik itu.
Kita cenderung
berpikir bahwa dunia menjadi tidak bermoral, barangkali karena kita belum bisa
membangun dan menimplementasi etika standar yang sesuai dengan era baru. Kita
tidak boleh menuangkan anggur ke dalam
botol lama.
Perkembangan-perkembangan
terkini dalam ilmu pengetahuan member kita banyak permasalahan yang tidak
mudah. Ketakutan dan ketidaktahuan tidak akan membantu kita dalam memecahkan
masalah-masalah itu. Upaya-upaya untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah
dan dialog antara ilmu pengetahuan dan ilmu filsafat menjadi pilihan kita
satu-satunya.
Naskah asli: Human cloning may soon be reality
No comments:
Post a Comment