Sumber
indonesia.ucanews.com
12/04/2012
Konferensi
Waligereja America Serikat (USCCB) baru-baru ini mengeluarkan laporan tentang
skandal seks yang melanda Gereja di negara itu, yang menyebabkan milaran dolar
melayang.
Ini tentu sangat
mengejutkan. Apalagi skandal itu sudah membuat panas telinga banyak umat
Katolik di sana setelah media membongkar satu per satu kasus-kasus skandal para
klerus itu.
Sekarang, dengan
munculnya laporan itu barangkali membuat orang tambah menggeleng-gelengkan
kepala, atau bahkan marah dan kecewa. Karena selain telinga panas, ternyata
kasus-kasus itu merugikan Gereja Katolik AS hingga miliaran dolar.
Dalam laporan itu
disebutkan bahwa kerugian yang ditimbulkan -tidak tanggung-tanggung- mencapai
$2.488.405.755 atau kurang lebih sekitar 21 triliun rupiah (jika menggunakan
kurs rata-rata 9.100 rupiah per dolar). Jumlah yang sangat banyak tentunya.
Menurut USCCB,
seperti yang dikutip CatholicCulture.org, pada tahun 2011 itu sendiri, total
kerugian yang ditanggung keuskupan-keuskupan di Amerika mencapai $108.679.706.
Dari jumlah itu
$54.4 juta untuk penyelesaian kasus, $6.1 juta untuk terapi para korban, $36.7
juta untuk pengacara, $9.9 juta untuk tunjangan bagi para pelaku, serta $5.6
juta untuk biaya lain-lain. Bukan hanya itu. Ada juga biaya ekstra yang
dikeluarkan yang mencapai $35.372.010.
Dengan demikian,
secara terperinci, total uang yang dihabiskan baik untuk menangani kasus
skandal seks di keuskupan-keuskupan maupun tarekat religius selama kurun waktu
antara tahun 2004 -2011 mencapai $2.488.405.755. Dari jumlah itu $2.129.982.621
untuk keuskupan dan eparki dan $358.428.134 untuk tarekat religius.
Jumlah kasus
Tahun lalu
dilaporkan ada 21 anak dibawah umur yang diduga mengalami pelecehan oleh imam
atau diakon. Tujuh di antara laporan itu dinyatakan ‘bisa dipercaya’ oleh pihak
penegak hukum, tiga dinyatakan laporan palsu, lima dinyatakan sebagai
pelanggaran batas, dan tiga lagi masih dalam penyelidikan.
Sedangkan jumlah
orang dewasa yang diduga mengalami pelecehan oleh imam atau diakon di masa lalu
mencapai 683 orang, dengan tuduhan diarahkan kepada 551 imam dan tujuh orang
diakon.
Tapi anehnya,
dari jumlah imam yang disebutkan itu 253 orang sudah meninggal, 58 orang sudah
menjadi awam, 184 sudah “dipecat” dan 281 dinyatakan sudah pernah ada dalam
audit sebelumnya.
Dari sekian
banyak kasus yang dilaporkan itu, sekitar 68 persen terjadi atau mulai terjadi
antara tahun 1960 hingga 1984 dengan mayoritas korban (82 persen) adalah
laki-laki, meskipun ada juga (11 orang) dari anak di bawah umur adalah anak
perempuan.
Meskipun banyak
yang mencibir Gereja Katolik AS atas kasus-kasus ini, namun tanggungjawab yang
ditunjukkan di sana bisa diacungi jempol.
Dalam laporan itu
ditemukan pula bahwa keuskupan-keuskupan di AS (untuk pertama kali) memberikan
bantuan kepada 453 orang yang datang melapor tahun 2011 dan meminta bantuan
penyembuhan atau rekonsiliasi. Sementara sekitar 1.750 orang yang sudah datang
melapor pada tahun-tahun sebelumnya masih terus diberikan pelayanan oleh
gereja.
Memang menyedikan
juga karena ditemukan bahwa setengah dari para korban masih berusia antara
10-14 tahun pada saat mereka mengalami pelecehan. Tentu saja trauma itu dibawa
hingga usia dewasa.
Barangkali yang
membuat orang juga bertanya-tanya, kebanyakan kasus yang dilaporkan pada tahun
2011 lalu merupakan kasus-kasus yang
terjadi antara 1975-1979. Itu artinya kasus itu dilaporkan 30 tahun
kemudian.
Tanya kenapa baru dilaporkan? Jawabannya: This is America .
Blogpost oleh Siktus Harson
No comments:
Post a Comment