Mingguan HIDUP Katolik No 26, terbitan 24 Juni 2012
Perhelatan akbar Euro 2012 di
Polandia dan Ukraina, 8 Juni hingga 1 Juli 2012, tengah menjadi pusat perhatian
pecandu bola di dunia, termasuk di Tanah Air. Bahkan di beberapa paroki di
Surabaya, juga digelar acara Nonton Bareng Euro
Meski gereja bukanlah institusi bola, namun bidang olahraga, termasuk sepak
bola tak boleh disepelekan. Bidang ini
bisa menjadi sarana mengupayakan hidup sehat, tidak terkena kegemukan,
sekaligus bisa untuk pewartaan, penanaman
nilai-nilai sportivitas serta menjalin keakraban. Coba bayangkan, andai kata
semakin banyak gembala atau umat yang kena obesitas dan rentan terkena penyakit
mengingat tak pernah olahraga, lalu masing-masing tidak pernah akrab, pasti
akan repot juga.
Belajar dari JPII
Nah bagaimana tepatnya perhatian, kepedulian dan cinta Gereja pada bidang
olahraga mari kita belajar saja dari mendiang Paus Johannes Paulus II
(Selanjutnya disingkat JPII).
Sosok pemilik nama asli Karol Józef Wojtyła itu bukan hanya putra terbaik
Gereja di jamannya, tapi juga olahragawan sejati. JP II pernah menjadi penjaga gawang di klub
Cracovia semasa remaja. Dia juga atlet ski, perenang dan pendaki gunung.
Bahkan dalam hajatan Euro 2012, mungkin JPI juga punya kontribusi secara
tidak langsung.Menurut Lech Walesa, pemimpin seriakt buruh Solidaritas,
kemudian Presiden Polandia (1990-1994), JPI adalah inspirasi bagi
Polandia.Komunisme bisa tumbang,berkat spirit yang diberikannya pada bangsanya,sehingga
Polandia bisa menjadi seperti sekarang dan mampu menjadi salah satu tuan rumah
Euro bersama Ukraina.
Bukan hanya di Euro kontribusi JPII. Ada banyak komentar tokoh olhhraga yang memandang JPII berkjontribusi
besar untuk olahraga. Misalnya, mantan
Ketua Liga Italia Adriano Galliani memuji JPII sebagai “tokoh yang amat
kompeten untuk bicara olahraga khususnya bola", (European Fotball, 3 April 2005).
Pujian Galiani itu jelas bukan pujian kosong. Karena para tokoh dari
berbagai cabang olahraga memberi pujian
serupa. Don King yang dijuluki Paus di dunia tinju saja mengakui hal itu. Tidak
heran dalam pertandingan tinju di Worcester, Massachussetts yang bersamaan
dengan tersiarnya kabar wafatnya JPII pada 2 April 2005, Don King meminta bel
tinju dibunyikan sepuluh kali.
Usai GP Bahrein April 2005, pembalap Italia
Jarno Trulli, yang finis di urutan kedua mengenakan sticker di helmnya "Thank you, Pope."
Karena itulah JPII sungguh punya cinta yang aktif dan sungguh-sungguh akan
dunia olahraga, bukan sekedar seorang teoritisi olehraga. George Weigel salah satu penulis otobiografi JPII menyebut
sosok asal Polandia itu sebagai "a terrific sportsman" karena dia
sangat aktif bermain bola, ski dan pendaki gunung. Ketika menjadi pastor
mahasiswa, dia tak segan-segan terjun di tengah lapangan atau mendaki gunung
rame-rame. Bahkan di masa awal kepausannya
dia meminta dibangunkan kolam renang di kediaman musim panasnya di Castel Gandolfo ,
karena dia memang suka berenang. Weigel juga menambahkan atletik menjadi cabang
yang termasuk favorit bagi Paus.
Departemen Olah Raga di Vatikan
Bahkan sosok yang lahir dan wafat
pada 18 Mei 1920 itu, semasa jadi Paus juga mendirikan Departemen Olehraga di
Vatikan tahun 2004 lalu. Visi dari departemen itu memulihkan citra
olahraga sebagai salah satu sarana untuk
mempromosikan keluhuran martabat manusia, bukan justru sebagai sarana yang
merendahkan martabat manusia, seperti kasus rasisme, kasus doping dan tragedi
Heysel 1985 yang menewaskan banyak penggemar Juventus atau Liverpool.
JP II memang yakin olahraga bisa
memberi pengaruh besar bagi kemanusiaan, karena itu olahraga harus dijauhkan
dari segala susuatu yang bisa merusak citranya. JPII yakin hakikat olahraga yang sesungguhnya
justru mendorong terjadinya partisipasi,
solidaritas dan sarana bagi
promosi perdamaian antar umat manusia, khususnya orang-orang muda. Untuk
itu nilai sportivitas dan kejujuran harus menjadi pegangan. Ini seperti
diungkapkan salah satu tokoh dari sepakbola Italia Franco Carraro menyebut"John Paul II was the Pope that
choose sport and all the values it represents, he was close to youth and was
held in great affection. Sport is an instrument of participation and solidarity
which allows people to come together and promote peace."(European Football,
3 April 2005 ).
Akhirnya petinju legendaries
Muhammad Ali menyebut, pemakaman JPII
pada 8 April 2005 yang dihadiri 200 pemimpin dunia dan sekitar 4
juta pelayat, lebih besar dari event olahrga manapun, termasuk final Piala
Dunia atau Olimpiade sekalipun.Itu menjadi tanda JPII adalah atlet terhebat
sepanjang segala abad.
Nah, kalau JPII sebagai Paus saja
begitu peduli, mengapa kita tidak?Mari
bermain bola atau berolahraga apa saja, demi kesehatan jiwa dan raga
kita.Syukur bisa menorehkan prestasi, demi
keharuman bangsa dan gereja, sebagaimana para bintang Euro kali ini.
*)Kolumnis Olah Raga di Tabloid
BOLA (Kompas Gramedia Group) sejak 2005
No comments:
Post a Comment