KOMPAS.com - Beberapa pakar beranggapan, Piala Eropa lebih hebat dibandingkan Piala Dunia. Hal itu bukan karena tim yang berlaga lebih elite, tetapi karena penyebaran tim dalam empat grup menggambarkan satu atau dua favorit hampir dapat dipastikan tidak dapat melaju ke perempat final.
Kali ini, Jerman di Grup B, bersama Belanda dan Portugal, dalam kondisi sulit. Jerman yang selalu disorot dan Spanyol, sang juara dunia dan juara Eropa, pasti sangat diunggulkan. Begitu pula Belanda yang menjadi finalis Piala Dunia dua tahun lalu.
Pelatih Jerman Joachim Loew harus dapat mengangkat nyali pemainnya yang asal Bayern Muenchen. Mengingat, pemain Bayern terpukul hebat akibat kekalahan adu penalti melawan Chelsea pada final Liga Champions di kandang sendiri.
Borussia Dortmund juga mengalahkan Bayern dengan skor telak 5-2 pada final Piala Jerman dan kekalahan lainnya saat mengejar titel Bundesliga. Kekecewaan di laga domestik, hanya mampu menempati posisi kedua, ditambah kekalahan menyakitkan dari Chelsea, setelah lebih dulu unggul di Allianz Arena, Muenchen, sungguh kekalahan yang sangat buruk.
Saya tidak yakin, Philipp Lahm, Bastian Schweinsteiger, Thomas Mueller, Tony Kroos, Holger Badstuber, dan Jerome Boateng akan mudah melupakan kekalahan itu. Saya juga sedikit khawatir dengan penjaga gawang Manuel Neuer. Saya hanya berharap, Mezut Oezil dan Sami Khedira mampu menularkan asa juara Liga Spanyol, Real Madrid (klub mereka), untuk mengangkat mental pemain Bayern saat dibutuhkan.
Tentang Belanda, pendapat pakar terbelah. Ada yang menyatakan, pemain Belanda sudah terlalu tua, sementara lainnya menyatakan terlalu menyerang. Namun sesungguhnya, Belanda ”mewah” karena punya dua penyerang tersubur di Liga Inggris dan Liga Jerman, Robin van Persie dan Klaas-Jan Huntelaar. Pelatih Bert van Marwijk juga dianggap ”melawan” tradisi Belanda dengan hanya memainkan dua penyerang.
Pemain sayap Bayern, Arjen Robben, akan terpacu untuk bermain bagus di bawah bendera negaranya setelah pengalaman pahit gagal mengeksekusi penalti di perpanjangan waktu final Liga Champions. Masih ada pula pemain lapangan tengah berpengalaman Mark van Bommel, mantan pemain Bayern yang kini sudah berusia 35 tahun.
Hanya saja, Jerman dan Belanda dapat tersandung oleh Portugal yang memiliki kekuatan ”segitiga Real Madrid”, Pepe, Fabio Coentrao, dan Cristiano Ronaldo. Ronaldo bukan hanya sangat berbahaya di lini depan, ditambah lagi, kehadiran pemain Manchester United, Nani, yang dapat menyumbangkan angka apabila mampu memotong dari arah kanan. Yang jelas, tim mana pun yang kalah dari Portugal akan tersingkir.
Adapun Denmark tidak dapat diprediksi kali ini. Pelatih Morten Olsen menyukai permainan umpan pendek dengan tradisi semangat menyerang.
Menilik tim yang lain, pertemuan pertama di Grup C antara Spanyol dan Italia akan menentukan siapa yang akan memimpin klasemen. Pelatih Spanyol Vicente del Bosque memiliki masalah yang sama seperti Joachim Loew di Jerman. Pemain bertahan hebatnya, termasuk pemain tengah Xavi dan Andres Iniesta, mengalami kemunduran di laga Liga Champions dan laga domestik. Sementara penyerang David Villa belum sembuh dari cedera. Beruntung, Fernando Llorente dan Fernando Torres mampu menjadi kompensasi menutupi kekurangan itu.
Sebaliknya, Italia di bawah pelatih baru Cesare Prandelli telah memiliki karakter permainan cepat dengan pemain muda di bawah bimbingan pemain veteran, seperti kiper berusia 34 tahun Gianluigi Buffon. Sayangnya, sepak bola Italia kembali digoyang skandal korupsi yang diyakini berdampak pada skuad nasionalnya. Itu persis seperti menjelang Piala Dunia 2006 yang akhirnya dimenangi Italia.
No comments:
Post a Comment