Sepakbola sudah begitu menarik ketika dimainkan di lapangan,
sebagaimana hari-hari ini kita skasikan di Piala Eropa di Polandia dan Ukraina (8
Juni-1 Juli 2012). Orang yang menontonpun terpesona, bahkan kecanduan. Hebatnya, di luar lapangan, olahraga
terpopuler sejagad ini tetap bisa menarik. Semisal ketika sepakbola
ditarik ke wilayah lain di luar ranah bola, seperti ranah agama atau teologi, segalanya justru kian menarik.
Salah satu pemain yang banyak berbicara
tentang Tuhan di Euro kali ini adalah Antonio Cassano. Pemain yang mencetak gol
ke gawang Irlandia (19/6), sehingga Italia lolos ke perempat final, sungguh
merasakan keajaiban Tuhan. Bahkan dia bisa ikut bermain membela negaranya, sudah
keajaiban tersendiri. Maklum, pada
Oktober 2011, ia terkapar sakit. Pemain
yang dulu dikenal bengal itu memiliki lubang kecil di jantungnya dan harus
menjalani operasi.Setelah enam bulan istirahat, dia pesimis bisa tampil di
Euro. Bahkan dia sempat depresi.Tapi apa yang semula serasa tidak mungkin,
akhirnya menjadi mungkin.
Penjaga gawang Polandia Tyton yang bisa memblok tendangan penalti, saat
negaranya melawan Yunani di partai pembuka Euro (8/6), juga mengaku bersyukur
pada Tuhan. Giorgos Karagounis, pemain gelandang Timnas Yunani yang mencetak
gol semata wayang saat melawan Rusia Minggu (17/6) berterima kasih kepada Tuhan
karena mengizinkan Negeri Para Dewa
melaju ke perempat final.Pemain gaek ini rindu timnya bisa sukses
seperti di Piala Eropa 2004, demi warga Yunani yang menderita akibat krisis
utang.
Ketika 11 tato yang menghias badan Ibrahimovic disorot, penyerang timnas Swedia itu berkomentar: “Hanya Tuhan yang dapat
menghakimi saya”. Masih banyak kisah lain dari para pemain bola di Euro terkait
Tuhan.Terlalu banyak jika hendak disebutkan semua.
Apa yang dikakatan para pemain bola itu jadi bukti bahwa meski Eropa kini
kian sekuler, terbukti di Euro kali ini, Tuhan tidak sungguh-sungguh dilupakan.
Masih banyak doa dipanjatkan dan nama Tuhan masih kerap disebut oleh para
suporter, ketika mendukung tim kesayangan.Masih banyak pemain atau pelatih yang mengungkapkan keyakinan kepada Tuhan.
Mereka berharap dengan bantuan Tuhan, tim yang dibela akan menang.
Acuan
Dan bila kita membicarakan kaitan bola dengan Tuhan, kita tidak boleh
melupakan dua acuan. Pertama, kasus “Tangan Tuhan” dari Maradona ke Gawang
Inggris pada perempat final Piala Dunia
1986 di Meksiko. Gol dari tangan itu
terjadi, setelah Jorge Valdano mengirim umpan lambung pada menit ke 51. Inggrispun
menangis. Anehnya, gol “curang” itu disebut gol Tangan Tuhan dan membuat publik
Argentina atau
pendukung timnas senang bukan kepalang.
Kedua, kata-kata Louis van Gaal, ketika melatih FC Bayer Muenchen 2010.Bukan karena pelatih asal Belanda itu berterimakasih pada Tuhan, tetapi
dia justru berkoar:”Saya seperti Tuhan. Saya tidak pernah sakit dan selalu
benar.” Ucapan tersebut memicu polemik di semua media Jerman (5/11/2010).
Kalau sepakbola dan Tuhan suka dikait-kaitkan, sebenarnya tidak terlalu mengherankan.Apalagi
dalam perspektif Robert N. Bellah
tentang “civil religion”, sepak bola adalah
sebuah agama. Tentu bukan agama dalam pengertian konvensional. Tapi
suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai dan praktik yang memiliki semacam
"teologi" dan ritual tertentu yang di dalam realisasinya menunjukkan
kemiripan dengan agama.
Menurut Erich Fromm dalam
“Psychoanalysis and Religion(Yale University Press, 1950, hal 21), batasan
agama adalah “any sistem of thought and
action shared by a group which gives the individual a frame of orientation and
object of devotions” (suatu sistem pemikiran sekaligus tindakan dari sekelompok
orang yang memberikan pada masing-masing anggotanya kerangka orientasi dan obyek devosi). Jadi
kalau yang dijadikan orientasi hidup adalah bola dan devosinya terkait bola,
maka istilah agama bola bisa diterima.Dan dalam agama seperti ini, tentu tidak
afdol jika nama Tuhan tidak disebut.
Pemersatu Umat Manusia
Yang menarik, menurut filsafat
perenialisme, satu bola yang diperebutkan 22 pemain dalam setiap pertandingan
bola sesungguhnya merupkan simbol Tuhan sendiri.Maka ke mana bola bergerak, ke
situ pula para pemain mencoba mendekat.Satu bola itu sungguh menjadi fokus atau
tujuan utama setiap pemain bola. Bukankah Tuhan juga menjadi fokus dan tujuan
semua orang yang menyembahNya? Karena itu bola bisa menjadi perekat bagi
seluruh umat manusia yang beranekaragam, tapi diciptakan oleh satu Pencipta
yang sama.
Legenda Jerman Franz Beckenbauer
yang kini dikenal makin relijius bertutur bahwa sepak bola aladah salah satu
jenis olahraga yang paling menampakkan kehadiran Tuhan, meskipun sepakbola
dimainkan oleh manusia.Oleh karenanya sepakbola menjadi cabang olahraga yang
mengajarkan banyak nilai kemanusian, seperti kerjasama, kepedulian, solidaritas.Itu
kalau kita mampu menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya..
Namun di atas semuanya, Karol
Józef Wojtyła, bekas penjaga gawang di klub Cracovia Polandia, lalu dikenal dunia
sebagai Paus Yohannes Paulus II (almarhum) pernah mengingatkan, sepakbola tidak
dimainkan oleh para malaikat, tetapi oleh manusia. Maka sepak bola tetap memiliki sisi buruk. Kita sudah melihat
rasisme dan kekerasan antar suporter masih terjadi di Euro. Sisi buruk
itu harus dilawan dengan berbagai upaya bersama sehingga sepakbola, sebagaimana
dimainkan di ajang Euro sungguh menjadi perekat atau pemersatu umat manusia.
Teolog dan Pemerhati Sepak Bola,
Tinggal di Surabaya
No comments:
Post a Comment