Monday, June 25, 2012

EURO 2012, JPII DAN GEREJA KITA Oleh Tom Saptaatmaja


Mingguan HIDUP Katolik No 26, terbitan 24 Juni 2012

Perhelatan akbar Euro 2012  di Polandia dan Ukraina, 8 Juni hingga 1 Juli 2012, tengah menjadi pusat perhatian pecandu bola di dunia, termasuk di Tanah Air. Bahkan di beberapa paroki di Surabaya, juga digelar acara Nonton Bareng  Euro

Meski gereja bukanlah institusi bola, namun bidang olahraga, termasuk sepak bola  tak boleh disepelekan. Bidang ini bisa menjadi sarana mengupayakan hidup sehat, tidak terkena kegemukan, sekaligus bisa untuk pewartaan,  penanaman nilai-nilai sportivitas serta menjalin keakraban. Coba bayangkan, andai kata semakin banyak gembala atau umat yang kena obesitas dan rentan terkena penyakit mengingat tak pernah olahraga, lalu masing-masing tidak pernah akrab, pasti akan repot juga.

Belajar dari JPII

Nah bagaimana tepatnya perhatian, kepedulian dan cinta Gereja pada bidang olahraga mari kita belajar saja dari mendiang Paus Johannes Paulus II (Selanjutnya disingkat JPII).
Sosok pemilik nama asli Karol Józef Wojtyła itu bukan hanya putra terbaik Gereja di jamannya, tapi juga olahragawan sejati.  JP II pernah menjadi penjaga gawang di klub Cracovia semasa remaja. Dia juga atlet ski, perenang  dan pendaki gunung.

Bahkan dalam hajatan Euro 2012, mungkin JPI juga punya kontribusi secara tidak langsung.Menurut Lech Walesa, pemimpin seriakt buruh Solidaritas, kemudian Presiden Polandia (1990-1994), JPI adalah inspirasi bagi Polandia.Komunisme bisa tumbang,berkat spirit yang diberikannya pada bangsanya,sehingga Polandia bisa menjadi seperti sekarang dan mampu menjadi salah satu tuan rumah Euro bersama Ukraina.

Bukan hanya di Euro kontribusi JPII. Ada banyak  komentar tokoh olhhraga yang memandang JPII berkjontribusi besar untuk  olahraga. Misalnya, mantan Ketua Liga Italia Adriano Galliani memuji JPII sebagai “tokoh yang amat kompeten untuk bicara olahraga khususnya bola",  (European Fotball, 3 April 2005).

Pujian Galiani itu jelas bukan pujian kosong. Karena para tokoh dari berbagai  cabang olahraga memberi pujian serupa. Don King yang dijuluki Paus di dunia tinju saja mengakui hal itu. Tidak heran dalam pertandingan tinju di Worcester, Massachussetts yang bersamaan dengan tersiarnya kabar wafatnya JPII pada 2 April 2005, Don King meminta bel tinju dibunyikan sepuluh kali.

Usai GP Bahrein April 2005, pembalap Italia  Jarno Trulli, yang finis di urutan kedua mengenakan  sticker di helmnya  "Thank you, Pope."

Karena itulah JPII sungguh punya cinta yang aktif dan sungguh-sungguh akan dunia olahraga, bukan sekedar seorang teoritisi olehraga. George Weigel  salah satu penulis otobiografi JPII menyebut sosok asal Polandia itu sebagai "a terrific sportsman" karena dia sangat aktif bermain bola, ski dan pendaki gunung. Ketika menjadi pastor mahasiswa, dia tak segan-segan terjun di tengah lapangan atau mendaki gunung rame-rame. Bahkan di masa awal kepausannya  dia meminta dibangunkan kolam renang di kediaman musim panasnya di  Castel Gandolfo, karena dia memang suka berenang. Weigel juga menambahkan atletik menjadi cabang yang termasuk favorit bagi Paus.

Departemen Olah Raga di Vatikan

Bahkan sosok yang lahir dan wafat pada 18 Mei 1920 itu, semasa jadi Paus juga mendirikan Departemen Olehraga di Vatikan tahun 2004 lalu. Visi dari departemen itu memulihkan citra olahraga  sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan keluhuran martabat manusia, bukan justru sebagai sarana yang merendahkan martabat manusia, seperti kasus rasisme, kasus doping dan tragedi Heysel 1985 yang menewaskan banyak penggemar Juventus atau Liverpool.

JP II memang yakin olahraga bisa memberi pengaruh besar bagi kemanusiaan, karena itu olahraga harus dijauhkan dari segala susuatu yang bisa merusak citranya. JPII  yakin hakikat olahraga yang sesungguhnya justru  mendorong terjadinya partisipasi, solidaritas  dan  sarana bagi  promosi perdamaian antar umat manusia, khususnya orang-orang muda. Untuk itu nilai sportivitas dan kejujuran harus menjadi pegangan. Ini seperti diungkapkan salah satu tokoh dari sepakbola Italia Franco Carraro  menyebut"John Paul II was the Pope that choose sport and all the values it represents, he was close to youth and was held in great affection. Sport is an instrument of participation and solidarity which allows people to come together and promote peace."(European Football, 3 April 2005).

Akhirnya petinju legendaries Muhammad Ali menyebut, pemakaman JPII   pada  8 April 2005 yang  dihadiri 200 pemimpin dunia dan sekitar 4 juta pelayat, lebih besar dari event olahrga manapun, termasuk final Piala Dunia atau Olimpiade sekalipun.Itu menjadi tanda JPII adalah atlet terhebat sepanjang segala abad.

Nah, kalau JPII sebagai Paus saja begitu peduli,  mengapa kita tidak?Mari bermain bola atau berolahraga apa saja, demi kesehatan jiwa dan raga kita.Syukur bisa  menorehkan prestasi, demi keharuman bangsa dan gereja, sebagaimana para bintang Euro kali ini.

*)Kolumnis Olah Raga di Tabloid BOLA (Kompas Gramedia Group) sejak 2005

No comments: