Monday, June 25, 2012

SHOW EURO 2012 DAN KRISIS EURO, Jawa Pos, Senin 11 Juni 2012


Restu Iska Anna Putri*)

“Football is business and business is money “(Rinus Michels,1928-2005)

Itulah adagium yang dilontarkan pelatih asal Belanda Rinus Michels yang sukses menggondol banyak piala, di antaranya Piala Eropa untuk Belanda (1988). Adagium itu terasa kebenarannya, di era industri sepak bola dewasa ini.

Bahkan adagium itu relevan sekali dengan Euro 2012 kali ini. Lepas dari beragam kepentingan politik, adu gengsi atau motif lainnya, Euro merupakan ajang yang menyita dan menjanjikan banyak uang, khususnya bagi 16 negara peserta dan tentu saja bagi sang calon juara.

Bagi dua tuan rumah, uang untuk menghelat Euro jelas besar. Meski Polandia dan Ukraina masuk kategori ”developing country” (negara berkembang), mereka pasti tidak mau menyia-nyiakan kepercayaan, sejak ditunjuk sebagai tuan rumah oleh Union of European Football Association (UEFA) pada 18 April 2007.

Dan kepercayaan  membutuhkan uang. Ukraina menggelontorkan anggaran USD 25 milyar (Rp 225 triliun)  untuk membangun infrastruktur, seperti 4 stadion dan berbagai fasilitas pendukung.Sedangkan Polandia mengeluarkan USD 10,3 miliar (Rp 90 triliun).

Untuk insentif bagi 16 peserta dan juara Euro, UEFA di bawah presiden Michel Platini juga menyiapkan uang kompensasi menggiurkan, yakni sebesar 196 juta euro atau setara dengan Rp 2,35 trililun. Coba bandingkan dengan dana pembangunan mega proyek untuk sport centre Hambalang sebesar  Rp 1,1175 triliun.

Adapun distribusi untuk masing-masing peserta dan juara Euro sebagai berikut : untuk setiap peserta mendapat 8 juta euro. Lalu, setiap kemenangan di penyisihan group mendapat 1 juta euro, draw setengah juta euro. Lolos ke perempat final dapat 2 juta euro, lolos ke semifinal dapat lagi 3 juta euro, sedangkan lolos jadi juara meraih 7,5 juta euro. Jadi jika perjalanan sebuah timnas dari babak penyisihan hingga final ada 6 pertandingan, maka total uang yang akan diraih sang kampiun Euro 2012 mencapai 23,5 juta euro arau Rp 282 miliar.

Jumlah insentif sebesar itu bisa ditutup dari  beragam sponsor, tiket penonton, tayangan televisi dan internet. Bahkan panitia masih bisa untung besar. Bayangkan, hampir 90% Piala Eropa 2008 sudah menjadi sponsor Euro 2012. Belum lagi sejumlah brand global yang sudah menandatangani kontrak sponsorhip. Sedangkan untuk tiket, dalam perhelatannya yang ke-13 ini, panitia Euro menyediakan setidaknya 1,4 juta tiket untuk 31 pertandingan. Harga tiket Euro 2012 yang dibagi dalam tiga kategori. Harga tiket yang paling murah berkisar antara 30 euro atau sekitar 370 ribu rupiah. Sedangkan tiket termahal adalah 600 euro atau Rp 4, 45 juta.

Kita juga belum menghitung di sektor merchandising atau broadcasting dsb yang perputaran uangnya pasti tidak kecil.

Indonesia termasuk beruntung, karena kita bisa menikmati tayangan langsung gratis di televisi. Di banyak negara, termasuk di Eropa sendiri,  setiap penonton siaran langsung, juga harus keluar kocek sendiri Begitulah sepak bola Eropa sudah menjadi bisnis yang menggiurkan dengan perputaran uang yang luar biasa besar.

Krisis Utang dan Uang Eropa

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana perputaran uang besar itu masih berjalan di tengah krisis utang di Eropa hari-hari ini? Pertanyaan inilah yang mendorong sebagian kalangan di Eropa melakukan protes. Mereka menilai Euro 2012 sebagai ajang pamer uang dan kekayaan yang tidak bermoral di tengah kondisi krisis utang yang terparah dalam sejarah Eropa.Bahkan krisis utang ini sekarang sudah menjalar menjadi krisis politik yang pelik.Jerman misalnya sedang menjaga jarak dengan Ukraina.Kanselir Jerman Angela Merkel tidak akan datang ke Ukraina, bahkan ketika timnas Jerman bermain.

Krisis terjadi karena kesalahan desain Uni Moneter Eropa (EMU) yang menggunakan euro sebagai alat tukar mulai 1 Januari 1999 bagi 17 negara anggota ditetapkan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) yang didirikan tahun 1998. Mengingat  terikat pada satu mata uang euro, masing-masing negara anggota jelas tidak bisa  melakukan devaluasi eksternal dengan mengubah nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang asing.Krisis ini bermula dari Yunani yang terjerat banyak utang, sebagaimana dialami Spanyol, Portugal dan  Italia. Krisis makin pelik, karena Yunani mencoba keluar dari EMU dan memakai mata uang lamanya ”drachma”. Rencana keluarnya Yunani dari zona euro (Grexit) akan menimbulkan banyak efek domino.

Simak saja krisis Eropa kini mulai menjalar ke negri kita. Ini terlihat pada transaksi barang dan jasa ataupun lalu lintas modal dalam neraca pembayaran kita, baik langsung maupun tak langsung, lewat mitra dagang, seperti India dan Tiongkok.Rupiah kita juga tertekan.Ekspor kita merosot, sedangkan impor terus melonjak.

Namun Presiden UEFA Michel Platini menegaskan ”Euro 2012 must go on”, sebab sepak bola adalah sepak bola. Krisis ekonomi atau utang Eropa tanggungjawab para pemimpin negara, bukan tanggung jawab UEFA. Sebagian dari kita mungkin sangat  setuju dengan Platini. Bila terus memikirkan krisis, kapan kita akan bisa menghibur diri? Euro 2012, ajang yang jelas menyuguhkan hiburan segar di tengah krisis dan masalah  apapun.

*)Praktisi Keuangan dan Perbankan sekaligus Penggemar Bola di Balikpapan


No comments: