Monday, June 25, 2012

KOLOM Tom Saptaatmaja:TUHAN di EURO, Tabloid BOLA 25-27 Juni 2012


Sepakbola sudah begitu  menarik ketika dimainkan di lapangan, sebagaimana hari-hari ini kita skasikan di Piala Eropa di Polandia dan Ukraina (8 Juni-1 Juli 2012). Orang yang menontonpun terpesona, bahkan kecanduan. Hebatnya, di luar lapangan, olahraga terpopuler sejagad ini tetap bisa menarik. Semisal ketika sepakbola ditarik ke wilayah lain di luar ranah bola, seperti ranah agama atau  teologi, segalanya  justru kian menarik.

Salah satu pemain yang banyak berbicara tentang Tuhan di Euro kali ini adalah Antonio Cassano. Pemain yang mencetak gol ke gawang Irlandia (19/6), sehingga Italia lolos ke perempat final, sungguh merasakan keajaiban Tuhan. Bahkan dia bisa ikut bermain membela negaranya, sudah keajaiban tersendiri. Maklum, pada Oktober 2011, ia terkapar sakit.  Pemain yang dulu dikenal bengal itu memiliki lubang kecil di jantungnya dan harus menjalani operasi.Setelah enam bulan istirahat, dia pesimis bisa tampil di Euro. Bahkan dia sempat depresi.Tapi apa yang semula serasa tidak mungkin, akhirnya menjadi mungkin.

Penjaga gawang Polandia Tyton yang bisa memblok tendangan penalti, saat negaranya melawan Yunani di partai pembuka Euro (8/6), juga mengaku bersyukur pada Tuhan. Giorgos Karagounis, pemain gelandang Timnas Yunani yang mencetak gol semata wayang saat melawan Rusia Minggu (17/6) berterima kasih kepada Tuhan karena mengizinkan Negeri Para Dewa  melaju ke perempat final.Pemain gaek ini rindu timnya bisa sukses seperti di Piala Eropa 2004, demi warga Yunani yang menderita akibat krisis utang.

Ketika 11 tato yang menghias badan Ibrahimovic disorot,  penyerang timnas Swedia itu  berkomentar: “Hanya Tuhan yang dapat menghakimi saya”. Masih banyak kisah lain dari para pemain bola di Euro terkait Tuhan.Terlalu banyak jika hendak disebutkan semua.

Apa yang dikakatan para pemain bola itu jadi bukti bahwa meski Eropa kini kian sekuler, terbukti di Euro kali ini, Tuhan tidak sungguh-sungguh dilupakan. Masih banyak doa dipanjatkan dan nama Tuhan masih kerap disebut oleh para suporter, ketika mendukung tim kesayangan.Masih banyak pemain atau pelatih  yang mengungkapkan keyakinan kepada Tuhan. Mereka berharap dengan bantuan Tuhan, tim yang dibela  akan menang.

Acuan

Dan bila kita membicarakan  kaitan bola dengan Tuhan, kita tidak boleh melupakan dua acuan. Pertama, kasus “Tangan Tuhan” dari Maradona ke Gawang Inggris  pada perempat final Piala Dunia 1986 di  Meksiko. Gol dari tangan itu terjadi, setelah Jorge Valdano mengirim umpan lambung pada menit ke 51. Inggrispun menangis. Anehnya, gol “curang” itu disebut gol Tangan Tuhan dan membuat publik Argentina atau pendukung timnas senang bukan kepalang.

Kedua, kata-kata  Louis van Gaal, ketika melatih  FC Bayer Muenchen  2010.Bukan karena pelatih asal Belanda itu berterimakasih pada Tuhan, tetapi dia justru berkoar:”Saya seperti Tuhan. Saya tidak pernah sakit dan selalu benar.” Ucapan tersebut  memicu polemik di semua media Jerman (5/11/2010).

Kalau sepakbola dan Tuhan suka dikait-kaitkan, sebenarnya tidak terlalu mengherankan.Apalagi dalam  perspektif Robert N. Bellah tentang “civil religion”, sepak bola adalah  sebuah agama. Tentu bukan agama dalam pengertian konvensional. Tapi suatu bentuk kepercayaan dan gugusan nilai dan praktik yang memiliki semacam "teologi" dan ritual tertentu yang di dalam realisasinya menunjukkan kemiripan dengan agama.

Menurut Erich Fromm dalam “Psychoanalysis and Religion(Yale University Press, 1950, hal 21), batasan agama adalah  “any sistem of thought and action shared by a group which gives the individual a frame of orientation and object of devotions” (suatu sistem pemikiran sekaligus tindakan dari sekelompok orang yang memberikan pada masing-masing anggotanya  kerangka orientasi dan obyek devosi). Jadi kalau yang dijadikan orientasi hidup adalah bola dan devosinya terkait bola, maka istilah agama bola bisa diterima.Dan dalam agama seperti ini, tentu tidak afdol jika nama Tuhan tidak disebut.

Pemersatu Umat Manusia

Yang menarik, menurut filsafat perenialisme, satu bola yang diperebutkan 22 pemain dalam setiap pertandingan bola sesungguhnya merupkan simbol Tuhan sendiri.Maka ke mana bola bergerak, ke situ pula para pemain mencoba mendekat.Satu bola itu sungguh menjadi fokus atau tujuan utama setiap pemain bola. Bukankah Tuhan juga menjadi fokus dan tujuan semua orang yang menyembahNya? Karena itu bola bisa menjadi perekat bagi seluruh umat manusia yang beranekaragam, tapi diciptakan oleh satu Pencipta yang sama.

Legenda Jerman Franz Beckenbauer yang kini dikenal makin relijius bertutur bahwa sepak bola aladah salah satu jenis olahraga yang paling menampakkan kehadiran Tuhan, meskipun sepakbola dimainkan oleh manusia.Oleh karenanya sepakbola menjadi cabang olahraga yang mengajarkan banyak nilai kemanusian, seperti kerjasama, kepedulian, solidaritas.Itu kalau kita mampu menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya..

Namun di atas semuanya, Karol Józef Wojtyła, bekas penjaga gawang di klub Cracovia Polandia, lalu dikenal dunia sebagai Paus Yohannes Paulus II (almarhum) pernah mengingatkan, sepakbola tidak dimainkan oleh para malaikat, tetapi oleh manusia. Maka sepak bola  tetap memiliki sisi buruk. Kita sudah melihat  rasisme dan kekerasan antar suporter masih terjadi di Euro. Sisi buruk itu harus dilawan dengan berbagai upaya bersama sehingga sepakbola, sebagaimana dimainkan di ajang Euro sungguh menjadi perekat atau pemersatu umat manusia.

 Teolog dan Pemerhati Sepak Bola, Tinggal di Surabaya

No comments: